SD Muhammadiyah Suronatan Menuju Sekolah Sehat

Kismadi Kepala SD Muhammadiyah Suronatan, menjelaskan tentang tanaman obat di sekolahnya, Rabu (13/6). (JIBI/Harian Jogja/Annisa Margrit)
Ukuran sekolah yang kecil tidak menghambat SD Muhammadiyah Suronatan untuk menjadi wakil DIY di Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional 2012 di level sekolah dasar.
Berada di kawasan yang pada penduduk, SD Muhammadiyah Suronatan ternyata mampu berkiprah hingga tingkat nasional. Hanya memiliki luas 1.513 meter persegi justru menjadikan sekolah ini lebih mudah ditata.
“Kami punya pengolahan air hujan dan limbah, pemilahan dan pengolahan sampah, lubang biopori, dan dua ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),” kata Martini, guru kelas VI ketika ditemui Harian Jogja, Rabu (13/6).
Pihak sekolah membuat sistem penampungan air hujan yang kemudian diolah dan disalurkan untuk air wudhu, kolam ikan, kolam lele, dan menyiram tanaman. Untuk pengolahan sampah, sekolah menyediakan tempat sampah yang berbeda untuk sampah kering, sampah basah, dan organik.
“Sampah daun dan organik lainnya kami masukkan ke lubang biopori. Setelah tiga atau empat minggu, komposnya bisa kami angkat,” tutur Martini. Lubang biopori di sekolah itu tersebar di beberapa tempat, tersembunyi di antara conblock yang menutupi lapangan.
Sampah-sampah lainnya dikirimkan ke bank sampah yang terdapat di Kampung Suronatan, lokasi sekolah berada. Sedangkan, di teras-teras kelas dan beberapa sudut sekolah terdapat deretan tanaman obat.
Kismadi, Kepala SD Muhammadiyah, menuturkan lomba sekolah sehat menjadi ajang pembelajaran pola hidup sehat bagi anak-anak.
“Kami mendorong siswa untuk terbiasa melakukan perilaku sehat. Contoh termudah adalah mencuci tangan yang benar, rajin memotong kuku dan membersihkan telinga,” kata dia.
Kismadi mengatakan tiap tiga bulan sekolahnya mendapat kunjungan dari Balai POM. Presentasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh Balai POM tentang makanan sehat membuat siswa akhirnya menghindari jajan sembarangan.
“Dulu di depan sekolah banyak sekali pedagang makanan. Tapi, karena anak-anak dengan sadar memilih untuk tidak jajan akhirnya pedagang hilang sendiri,” kisah Martini. Dia menyebutkan sekolah memiliki kantin sehat yang bersertifikasi hygiene dari Dinas Kesehatan.
Sekolah ini pun beberapa kali mendapat kunjungan studi banding. Tidak hanya dari luar kota, tapi juga dari Singapura. Pihak sekolah juga menyediakan dokter gigi dan dokter umum sebagai tenaga kesehatan, lengkap dengan peralatannya.
Dokter gigi berpraktik tiap hari Kamis, sedangkan dokter umum berjaga di hari Selasa dan Jumat. Mereka bertugas melayani 465 siswa di sana.
Dokter didatangkan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dananya pun berasal dari Dana Sehat Muhammadiyah (DSM), sebuah program yang menggratiskan pelayanan kesehatan bagi warga Muhammadiyah.
Tidak jarang, sekolah ini menjadi ajang penelitian bagi para mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi UMY. “Dokter umum sudah ada sejak enam tahun lalu, tapi kalau dokter gigi baru ada ketika sekolah lolos [Lomba Sekolah Sehat] di tingkat kota,” kata Martini.
Dokter kecil di sini pun jumlahnya mencapai 54 orang. Mereka berasal dari kelas IV sampai VI. Jumlahnya banyak karena tiap tahun selalu ada sepuluh siswa yang dibina dan diangkat.
Kismadi menuturkan sekolahnya dipilih langsung oleh Kecamatan Ngampilan untuk menjadi wakil ke tingkat kota. Setelah menang di tingkat kota Jogja, mereka dikirim ke tingkat provinsi. Lolos di provinsi, mereka pun bersaing di tingkat nasional.
Penilaian nasional sudah dilangsungkan Senin (4/6), sedangkan pengumuman pemenang akan diselenggarakan pada Agustus.
Mengikuti lomba semacam ini, tutur Kismadi, memerlukan pembenahan yang cukup banyak. “Sebelumnya kami sudah punya UKS, tapi lalu kami tambah satu ruang lagi. Kami juga membangun Bimbingan Konseling (BK) yang terpisah, tadinya menyatu dengan UKS,” ungkap dia.
Untuk berbagai persiapan tersebut, Kismadi menyebutkan pihaknya mengeluarkan uang sekitar Rp481 juta. Tidak hanya pembenahan ruangan, tapi juga untuk menambah pepohonan dan berbagai poster kesehatan di seluruh sudut sekolah.
Kismadi menuturkan pembinaan kesehatan tidak hanya ditujukan bagi siswa dan guru, tapi juga orang tua. Setiap bulan selalu ada pengarahan bagi orangtua dengan harapan mereka dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.