Yogyakarta - Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal (31/8 – 6/9/2012) yang lalu mengadakan Taruna Melati 3. Pelatihan ini diikuti oleh kader-kader IPM terbaik, baik kader IPM DIY yang duduk di Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah maupun Pimpinan Cabang. Dan tidak ketinggalan utusan dari PW IPM Jawa Barat dan PW IPM Jawa Timur pun ikut meramaikan acara ini. “Taruna Melati 3 ini adalah yang kedua kalinya sejak saya menjabat sebagai ketua umum periode 2010-2012. Saya berharap dari TM3 inilah, akan lahir kader–kader militan ikatan yang siap menjadi pelangsung dan penyempurna amanah, di tengah – tengah percepatan kemajuan zaman yang menjadi keniscayaan.”tutur Aman Nurrahman Kahfi selaku ketua umum PW IPM DIY.
Ia juga menambahkan bahwa “Saat ini Ideologi menjadi persoalan yang sangat pelik ketika ideologi tidak lagi mampu bertahan dan melawan di antara ideologi yang dekonstruktif. Lalu pada akhirnya tidak lagi peka terhadap kondisi sosial yang semakin mengalami degradasi. Ketika kader IPM tidak lagi mampu bertahan dari arus globalisasi, dan tidak lagi peka terhadap kondisi sosial yang ada di sekeliling kita, maka kader yang membawa tugas ‘abdillah dan khalifatullah ini akan luntur sedikit demi sedikit, lalu pada akhirnya pudar. Oleh karena itu ideologi ini tidak boleh hilang dari IPM. “
Dalam kaitannya dengan ideologi kader, Kahfi menyentil para pimpinan yang kurang loyal pada IPM khusunya ketidakikutsertaan di pelatihan IPM, kader seperti ini tidak lagi bisa menyandingkan dan menyejajakan kepentingan pribadi, ikatan dan kepentingan sosial. Tawaran konsep 3T yang penah dicetuskan IPM perlu digairahkan kembali, sehingga tidak akan muncul alasan kader IPM yang tdak lancar kuliahnya atau tidak tertib ibadahnya. “Dalam hal ini saya sudah menunjukkan sebagai kader IPM DIY, saya menyelesaikan sarjana dengan 9 semester” kata Aman Nurahman Kahfi yang telah wisuda sarjana dari Teknik Pertanian UGM Februari lalu.
Pelatihan kader Taruna Melati Madya dibuka langsung oleh ketua umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S, M.Kes. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa “Perlunya memikirkan kembali gerak langkah IPM yang kini sudah berada pada era yang berbeda dengan 10 tahun yang lalu ketika SPI Hijau dilaunching. Boleh jadi pendekatan atau syiar yang dilakukan oleh IPM sebagai gerakan dakwah pelajar mengalami stagnasi, dan tidak ada pembaharuan sehingga tidak sedikit anggota bahkan kader IPM yang tidak mau memberikan konstribusi pada IPM. Hal ini perlu diselidiki lagi tentang ada tidaknya penanaman ideologi pada saat TM 1 dan TM 2. Kondisi seperti itu perlu segera direspon, sehingga tidak menjadi akut. Cara merespon yang paling elegan dan kritis adalah dengan menawarkan kembali konsep perkaderan IPM baru.”(dzar/kahfi)