Jakarta - Akhir-akhir ini berita mengenai tawuran dan kekerasan pelajar semakin hangat di beberapa media. Kasus SMA 6 dan SMA 70 di Jakarta yang siswanya menjadi korban tawuran pelajar membuat para pendidik, dan pemerhati pelajar sangat miris melihat hal itu. Belum lama juga kekerasan terhadap pelajar juga sering dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Lain lagi halnya ‘kekerasan’ terhadap pelajar dalam ranah psikologi, dengan adanya Ujian Nasional yang cukup pelik dan belum terselesaikan hingga sekarang.
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah menilai kekerasan pelajar akibat kurang disiplinnya aturan yang sebetulnya dipatuhi pelajar, sudah sangat melampaui batas abnormalitas moral sosial dan agama. Serta kurangnya perhatian keluarga terdekat mereka, sehingga memicu rasa ketidakperhatian terhadap diri remaja itu sendiri. “Pertama kita harus memandang ini dari lini-perlini, tapi saya lebih tertarik akan satu hal bahwa hal ini bisa terjadi karena sikap abai. Peng-abai-an yang dilakukan orang tua berakibat anak-anak memiliki beban sosial baru, jiwa muda yang selalu begejolak, ketika tidak diperhatikan. Membuat mereka melakukan aksi-aksi heroik yang cenderung brutal yang menurutnya bisa menarik perhatian oleh komponen masyarakat lain yang lebih banyak lagi. Selain itu guru pendamping kegiatan ekstra kehilangan cara atau metode dalam meningkatkan daya kreatifitas siswa,” ujar Sekretaris Jendral PP IPM, Dzul Fikar Ahmad Tawalla, Ahad (30/09/2012).
IPM berharap kasus kekerasan pelajar tidak perlu terjadi lagi. Mengharapkan juga semua pihak, orang tua, sekolah, guru, teman-teman, dan masyarakat dalam mengarahkan pelajar ke arah tindakan positif yang nihil akan api perselisihan. IPM pun sudah menggagas sebuah gerakan pelajar kreatif sejak dua tahun lalu, dan di Muktamar ke 18 Palembang akhir November 2012 nanti, IPM menggagas pelajar berkarakter. “Ide ini muncul karena IPM peduli terhadap pelajar, pelajar butuh sebuah formula untuk mengaktualisasikan bakat dan idenya dengan kegiatan-kegitan positif, seperti Gerakan Cinta Al Quran, Gerakan Membaca, Gerakan Komunitas-komunitas (perpustakaan, rumah baca, pecinta alam, sepak bola, musik, dll). Dan di Muktamar IPM ke 18, kami mengambil tema: Menumbuhkan Kesadaran Kritis, Mendorong Aksi Kreatif, Untuk Pelajar Indonesia Yang Berkarakter.” Jelas Dzar Al Banna, tim Materi Muktamar IPM.