Mengikis Fenomena Misionaris

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah: 120)



Adalah sebuah realitas ketika saat ini kita melihat begitu banyak agama di muka bumi ini. Adalah sebuah realitas pula tatkala kita melihat banyak Tuhan menjadi sesembahan sebagian manusia di bumi. Tapi yakinlah, bahwa hanya Allah SWT Tuhan yang patut untuk disembah dan islam menjadi satu-satunya agama yang sesuai dengan tuntunan-Nya.
Berawal dari ayat pembuka diatas, marilah kita yakini kebenaran islam sebagai jalan hidup kita. Mentauhidkan Allah SWT sebagai dasar aqidah dan kepercayaan. Serta melaksanakan setiap amalan yang telah diperintahkan dan menjauhi segala hal yang diharamkan oleh-Nya. Insyaallah kita akan menjadi pribadi yang selamat dunia dan akhirat.
Tapi semudah itukah? Tentu saja tidak!
Kita hidup di daerah yang sangat heterogen. Perbedaan sangat mudah sekali dijumpai. Baik itu budaya, adat istiadat, ataupun kepercayaan/agama. Kita harus menghargai perbedaan tersebut karena Rasulullah berulangkali mengajak umatnya untuk menghargai perbedaan keyakinan seperti hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut. Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa”.
Kita wajib untuk bersikap baik terhadap orang-orang nonmuslim selama hal ini tidak menyangkut masalah aqidah. Selama mereka menghargai kita dan hanya sebatas masalah mu’amalah duniawiyah semata. Lalu bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang berupaya mempengaruhi dan mengajak untuk masuk dalam aliran dan kepercayaan mereka? —dalam hal ini para missionaris yang sangat getol dengan berbagai upayanya menggiring umat islam untuk masuk dalam agamanya.
Sebagai umat islam, kita harus tegas mengatakan TIDAK ketika diajak untuk masuk dalam ajaran yang dibawa oleh para missionaris itu. Bahasa Al-Qur’annya, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” [Al-Kafirun: 6]. Tapi ingat, para missionaris tidak akan lengah dan menyerah sedikitpun untuk berusaha mengeluarkan kita dari ajaran islam.
Untuk menanggulangi dan memproteksi diri kita dari upaya-upaya missionaris itu, kita harus tahu cara-cara yang dilakukan oleh mereka. Setidaknya agar kita faham dan berupaya untuk menghindarinya. Syukur-syukur dapat mencegah orang lain ketika mau terperosok ke jalan yang melenceng itu. Berikut cara-cara yang sering dipakai mereka..
1.       PEMBAGIAN SEMBAKO, PENDIDIKAN GRATIS, DISPENSASI BIAYA PENGOBATAN
Biasanya cara ini digunakan untuk menjerat orang-orang yang terpuruk dalam bidang ekonomi. Banyak orang islam yang masuk ke sekolah kristen secara gratis dan di sekolah tersebut anak-anak diberi pelajaran agama kristen. Pun begitu juga ketika mereka sering mengadakan baksos yang diselingi dengan ritual-ritual yang sangat tidak islami.

2.       MENIKAHI WANITA ISLAM.
Cara ini merupakan lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat islam, dengan berpura-pura masuk islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah untuk kafir (murtad).

3.       MENIRU UMAT ISLAM
Cara ini digunakan untuk mengelabui umat islam. Misalnya dengan mengadakan Maulid Nabi Isa (pengganti natal), tilawah injil, kaligrafi arab yang berisi propaganda kristen, membuat injil dalam bahasa arab (lihat buku The Choice karya Ahmed Deedat halaman 237 lengkap dengan kalimah basmalah di awal ayatnya), mendirikan sekolah tinggi “kalimatullah” dengan dosen-dosen mengenakan kofiah mirip muslim dan lain-lain.

4.       LIBERALISASI FAHAM AJARAN ISLAM
Upaya ini dilakukan dengan cara merubah pola pikir masyarakat islam dalam memahami ajaran agama ini dengan cara yang sangat bebas. Mereka memberi berbagai bantuan “pendidikan” islam kepada para cendekiawan-cendekiawan kita untuk belajar ke luar negeri. Memahami islam dengan cara yang tidak sesuai dengan tuntunan Nabi. Mereka kemudian menerbitkan buku-buku islam versi mereka. Inilah sosok musuh dalam selimut.
Sebenarnya masih banyak cara-cara lain yang sering ditempuh oleh para missionaris ketika menyebarkan faham-fahamnya. Namun kiranya hal-hal diatas secara jelas telah sering dirasakan oleh masyarakat kita.
Terakhir, mari teguhkan kembali kualitas Aqidah kita. Selalu waspada bahwa ada berbagai pihak yang berupaya menggiring dan membelokkan keyakinan kita. Jalan satu-satunya yang kuat menangkal gerakan-gerakan itu hanya ada pada diri kita sendiri. Setelah mengetahui cara-cara yang sering mereka tempuh, kita tinggal memilih, menjadi obyek pasif mereka atau menjadi oposisi terhadap langkah-langkah mereka.
Dan (katakanlah): ‘Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah Dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-An’am 153).
*dari berbagai sumber.

Artikel ini adalah materi Buletin Dakwah Rabithah spesial Ramadhan 1433 H

Oleh : Khairul Arifin (KDI PC IPM Imogiri)