Shalat : Solusi Fundamental Perbaikan Degradasi Moral Bangsa

 Menyoal masalah moralitas bangsa sepertinya sudah terlalu kompleks untukdiperbincangkan. Entah karena memang sudah tingkat akut mungkin masalah yangmendera bangsa ini hingga akhirnya pesimisme selalu menghantui kita untukkembali bangkit dari keterpurukan ini. Mulai dari pejabat pemerintah yang sudahtidak lagi arief dan bijak dalam bersikap hingga rakyat kecil yang relabermandi dosa dengan dalih untuk mencari sesuap nasi. Memang kita tidak bolehmempermasalahkan keadaan saat ini sebagai wujud pembelaan terhadap diri kita.Namun inilah kondisi kenyataan yang tak lain adalah representasi dari bobroknyamoralitas dari segala unsur kehidupan di bangsa ini. Pejabat-pejabat pemerintahsekarang banyak yang tersandung kasus korupsi, skandal dengan perempuan, danmasih banyak lagi. Belum kalau kita bicara masalah remaja saat ini, maka akanmenangis melihat kondisi sekarang. Fenomena westernisasiseperti freesex, narkoba, atau bahkan tawuran seringkali menghiasi mediapemberitaan kita. Seolah mereka telah lepas kontrol dari pakem dan jalurnya.Padahal kalau kita melihat dari Kartu Tanda Penduduk (KTP) mayoritas diantaramereka beragama Islam. Dari sinilah mulai muncul permasalahan apakah Islamsudah tidak lagi memberikan dampak baik bagi pemeluknya? Apakah Islam hanyasebagai simbolisasi dari berbagai kartu identitas kita, tidak lagi merasukdalam jiwa dan menggerakkan dalam setiap langkah kita?
 
 

 
Peranan Shalat
Dalam Islam kita diwajibkan untuk mendirikan shalat sebagai wujud dari penghambaankita kepada sang Khaliq. Shalat adalah satu ibadah yang benar-benar mendapatkanperhatian khus<a></a>us oleh Allah dan sangat ditekankan untukdilakukan. Sebagai contoh orang yang sakit pun masih diwajibkan untuk shalat meskipun dalam kondisi ini Allahmemberikan keringanan dengan sholat dengan duduk ataupun dengan terbaring.Kewajiban shalat hanya akan terhenti saat kita telah tiada meskipun saat itukita masih disholatkan oleh orang-orang disekitar kita.  Salah satu fadhilah shalat adalah akanmenjauhkan diri kita dari tindakan yang keji dan munkar.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itumencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan mungkar. Dan sesungguhnyamengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadatyang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29:45)
 
Sudahjelas dalam ayat diatas dikatakan bahwa shalat sejatinya adalah sebuah bentengyang kita bangun untuk menghindarkan diri kita dari perbuatan yang keji danmunkar. Secara teknis bisa dikatakan kalau kita sudah shalat maka kita akantidak lagi berbuat yang keji dan mungkar. Sebuah implikasi yang logis kalaubisa diterapkan. Abul Aliyah mengatakan di dalam sholat itu ada tiga unsurpenting, yaitu Ikhlas, khosyah ( takut ) dan dzikrullah ( ingat kepada Allah ).Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karenadengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akanmencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’rufdan mencegah mungkar. Dengan konsep seperti itulah Shalat memiliki kekuatanuntuk melakukan penjagaan diri yang kuat dari maksiat dan berbagai perbuatankeji dan mungkar.  Inilah idealitas yangsebenarnya dibangun bagi setiap muslim.

Belum Terefleksikan di Kehidupan Nyata
Shalatakan mencegah kita dari perbuatan yang keji dan mungkar. Ini merupakankonsekuensi yang logis yang memang sudah menjadi hakikatnya. Dari sini akan munculsebuah pertanyaan besar disaat Indonesia yang notabene adalah mayoritas muslimtentunya dengan rutinitas peribadatan shalat namun kenapa dalam praktiknyajustru bobrok secara moralitas. Masih banyak di antara yang seringkaliberbohong, mengumpat, dan melakukan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Bahkantak jarang diantara kita yang sudah shalat 5 waktu penuh dalam sehari namunkita masih saja melakukan maksiat. Atau kalau kita tarik ke atas lagi, banyakpejabat kita yang kesehariannya shalat lima waktu namun mereka tak malu untukkorupsi memperkaya diri mereka. Kalau dalam istilah populernya dikenal dengansebutan STMJ atau shalat terus maksiat jalan. Sungguh ironi kalau kitamengkaitkan fungsi shalat sebagai media untuk mencegah dan menahan diri kitauntuk berbuat keji dan mungkar.

Akanmuncul pertanyaan apakah ayat yang menyebutkan bahwa shalat akan menjaga kitadari perbuatan yang keji dan mungkar itu sudah tidak relevan untuk saat ini?Padahal kita sudah tau bahwa Al Quran adalah petunjuk kita yangsebenar-benarnya. Kalau demikian berarti yang menjadi permasalahan bukan karenashalatnya namun menjurus ke kualitas shalat yang dibangun oleh orang tersebut.Apakah shalat yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan yang dituntunkanRasulullah SAW. Kemudian setelah semua itu sesuai dengan yang dituntunkanapakah pelaksanaan shalat kita sudah dilakukan dengan khidmat dan khusyu`.  Bagaimana shalat bisa memberikan dampak padakehidupan kita kalau perihal kekusyukan saja masih jauh.
 
Shalat sejatinya digunakan sebagai media untuk menjaga kita dari perbuatan keji danmungkar. Melalui shalat kita bisa mengingat Allah. Dengan mengingat Allahinilah akan tersistem dalam hati kita konsep bagaimana kita bisa menilai suatuperbuatan kita ini baik atau tidak. Disaat kita akan berbuat buruk kita akaningat kepada Allah, disaat kita akan berbohong kita akan ingat kepada Allah,disaat kita akan berbuat curang saat ujian kita akan ingat kepada Allah, disaatkita akan korupsi kita akan ingat kepada Allah. Inilah konsep sederhana mengapashalat akan mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar yakni dari perspektifshalat akan kembali mengingatkan kita kepada Allah.
Kemudianyang kedua melalui shalat kita tentu memanjatkan doa untuk bisa selamat duniaakherat. Banyak doa yang kita panjatkan di dalam shalat, salah satunya adalahkita membaca surat Al Fatihah yang mana didalamnya terdapat doa-doa agar kitaselalu berada di jalan-Nya. Senantiasa diberikan keistiqamahan di jalan yanglurus, bukan jalan orang yang sesat dan bukan jalan yang Allah murkai. Dengandoa-doa yang khusyuk dalam setiap shalat itu maka akan semakin menguatkan kitasebagai media penjagaan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
 
 
Shalat Sebagai Solusi Fundamental
KH.Abdullah Gymnastiar dalam konsep perbaikan diri pernah berkata 3 M. Mulai darisaat ini, mulai dari hal yang terkecil, dan mulai dari diri sendiri. Sepertiyang telah disampaikan diatas, bangsa ini memiliki banyak permasalahan yangkian lama kian kompleks. Masih banyak pelajar yang tawuran, freesex, pejabatkita yang korupsi dan lain sebagainya. Kalau kita amati sebenarnya tak bisadipungkiri permasalahan-permasalahan itu bermula dari setiap pribadi yang belumbisa menjaga diri dari maksiat dan kesalahan. Apalagi kalau kita bicara kaummuslimin, bisa dikatakan memang belum semua dari kita yang sudahmerepresentasikan keislaman kita dalam perilaku keseharian kita.
 
Berangkatdari kondisi di atas berarti kita bisa mengambil sebuah logika bahwa kita bisamemperbaiki segala permasalahan bangsa ini dengan memperbaiki pribadimasing-masing sebagai entitas terkecil kehidupan.  Kalau sudah demikian, insya Allah perubahandan perbaikan bangsa secara keseluruhan bisa disikapi. Seperti  kata AA Gym, kita bisa memulai perbaikansekompleks apapun melalui perbaikan dari hal yang paling kecil yakni melaluimasing-masing personal untuk memperbaikan sebuah bangsa. Setelah itu yangmenjadi permasalahan adalah bagaimana kita bisa memperbaiki pribadi masing –masing tersebut.
 
Darisinilah kita bisa mengimplementasikan Shalat sebagai media perbaikan dirisecara fundamental. Shalat sebagai media penjagaan diri dari perbuatan menyimpangdan maksiat. Tentunya kita bisa membuktikan itu semua jika melakukan shalatsesuai dengan mekanisme yang diteladankan Rasulullah, khusyuk dan runtut melakukanrukun-rukun shalat serta menghayati maksud dari setiap doa yangdipanjatkan.  Insya Allah kalau kitabenar-benar memahami setiap doa yang kita panjatkan dalam setiap sujud, rukuk,dan setiap fase dalam shalat, kita akan terjaga dalam beraktivitas sehari-haridari perbuatan tercela ataupun maksiat. Apalagi dalam setiap hari kita minimalmelakukan shalat sebanyak lima kali. Dari pagi shalat shubuh hingga shalat isyadi malam harinya. Insya Allah setiap selang antara shalat yang satu dengan yanglain kita akan terjaga dari berbuat keji dan munkar kalau kita benar-benarmemahami apa itu esensi shalat beserta segala kekhusyukan doa yang kita panjatkan. Sehingga kalau setiap entitas paling fundamental yakni setiappersonal sudah terjaga Insya Allah kalau kita generalisasi Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini akan memiliki perilaku islami dan bermoral. Akhirnyaberbagai permasalahan bangsa akan perlahan-lahan tersikapi dan terselesaikankalau ini benar-benar dilakukan dengan penuh konsistensi dan istiqamah. Hal initidaklah mustahil karena perubahan sebesar apapu pasti dimulai dari perubahanyang kecil. Untuk memperbaiki degradasi moralitas bangsa kita mulai denganmemperbaiki setiap pribadi masing-masing.

Oleh: Phisca Aditya Rosyady
Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam PC IPM Imogiri