Militansi, Modal Bermuhammadiyah

Jakarta- Muhammadiyah bukanlah organisasi biasa, tetapi di dalamnya ada ekuatan visi dan misi. Visi misi tersebut bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Kekuatan ini sudah berjalan lebih dari satu abad, bahkan bukti-buktinya telah tersebar di berbagai tanah air, bukan hanya retorika.
 
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Malik Fadjar dalam acara pengajian Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Jum’at (11/02/2012) di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Dalam kesempatan itu pula Malik Fadjar menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak hanya mengedepankan dakwah di atas mimbar tetapi dengan bil hal. “Muhammadiyah tidak terbiasa dengan dakwah berapi-api atau pengerahan massa seperti yang muncul dalam fenomena keberagamaan saat ini, tetapi dengan mendirikan pranata-pranata sebagai sarana dakwah,” katanya.
 
Mantan Menteri Agama dan Pendidikan Nasional RI ini juga menegaskan bahwa militansi merupakan sifat yang menggerakan persyarikatan Muhammadiyah. Oleh karena itu, jika militansi sudah hilang dari kader Muhammadiyah, maka keberadaan Muhammadiyah ini akan kehilangan ruhnya. Selain itu, Muhammadiyah juga memiliki prinsip Islam yang menggembirakan, ini artinya Muhammadiyah lebih kepada pelayanan kepada masyarakat, bukan hanya kepusan sendiri. Islam yang gagah menurut Malik, dalam pandangan hidup berbangsa dan bernegara, adalah yang memberikan karya nyata di dalam kehidupannya. “Lisanul hal afsah min lisanil maqol (bukti perbuatan lebih jelas manfaatnya dari perkataan saja),” jelasnya. Oleh karena itu, menurut Malik Fajar, ada tiga langkah dalam membangun militansi, yaitu pertama membiasakan satu yang baik dalam Islam, kedua membudayakannya, dan ketiga pendidikan.
 
Ketiga hal tersebut menurut Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini telah dan selalu dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Sedangkan kunci dari itu semua adalah militansi. Dengan militansi orang Muhammadiyah melakukan sesuatu dari hal yang kecil-kecil dulu. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk memperkuat Muhammadiyah kekinian menurut Malik Fadjar yaitu memperkuat dua dimensi yaitu dimensi reflektif (yang bersifat kekinian). Dengan sifat ini Muhammadiyah dapat memecahkan persoalan saat ini dalam berbagai aspek. Sifat kedua adalah dimensi progressif. Dengan progresif, Muhammadiyah dapat menjangkau pandangan dan pekembangan masa yang akan datang. “Namun hal itu harus dilakukan secara kompak,” pungkasnya. (Zaenal)