Renungan Akhir Ramadhan

Ramadhan sebentar lagi usai. Ramadhan yang akan meninggalkan kita. Mungkin pernah kita merasa ada seseorang yang kita sayangi, entah teman atau saudara kita, orang yang biasanya dekat dan menyatu di keseharian kita tiba-tiba akan pergi meninggalkan kita. Kita setiap harinya tidak merasakan keberadaannya karena memang sudah membaur di kehidupan kita.
Namun, ketika dia bersiap untuk pergi kita baru terbangun dan tersadar bahwa akan ada sesuatu yang “hilang”, kita seakan-akan menyesal mengapa selama ini membiarkan begitu saja kebersamaan dan ukhuwah yang telah lalu. Ramadhan inipun seolah-olah juga seperti itu, betapa semua berlalu dengan begitu cepatnya. Kita hanya mampu mengecap sedikit saja kenikmatan beribadah di Ramadhan 1432 Hijriah ini dan tiba-tiba kurang lebih seminggu lagi telah meninggalkan kita.

Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini ?  Tentu kita semua pasti akan menyesal, bagi yang belum optimal beribadah tentu akan menyesal mengapa hari-hari sebelumnya kita belum bisa mengoptimalkan setiap waktu di bulan ramadhan kali ini. Demikian halnya bagi kita yang sudah mengisi ramadhan dengan memperbanyak beribadah sekalipun, kita tetap menyesal mengapa kita tidak beribadah lebih, lebih, dan lebih. Hal ini wajar terjadi karena memang ramadhan adalah bulan dimana Allah mengobral pahala. Jika kita analogikan, ramadhan sebagai sebuah tambang emas yang menyediakan emas untuk siapapun, setiap orang boleh mengambil sebanyak-banyaknya bongkahan emas itu sesuai dengan kemampuan dan kemauan masing-masing orang. Ada orang yang malas mengambil sedikitpun, ada orang yang hanya mengambil sedikit, ada yang orang yang memang mampu membawa bongkahan emas itu banyak. Jika kita kaitkan dengan Ramadhan, Allah telah men-setting ramadhan dengan berbagai tawaran fitur-fitur yang tentunya disana pahala itu diobral bak emas pada analogi di atas. Banyaknya pahala yang kita peroleh tergantung usaha dan azzam dalam diri kita. Ada orang yang hanya puas dengan pahala yang pas-pasan saja, akan tetapi tidak sedikit mereka yang memang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas untuk memperkaya lumbung-lumbung pahala mereka. Jadi sudahlah jelas yang harus kita lakukan sekarang adalah untuk “cancut tali wanda” dengan semangat yang membara memanfaatkan setiap helakan nafas kita di sisa-sisa kesempatan di bulan Ramadhan 1432 Hijriah kali, karena bukan tidak mungkin lagi ramadhan kali ini adalah ramadhan terakhir yang bisa kita persembahkan kepada Allah SWT. Bagi kita yang memang merasa ibadah di ramadhan ini belum optimal, mari kita pasang target-target pencapaian ibadah yang lebih yang harus kita optimalkan di sisa-sisa ramadhan ini, demikian halnya bagi kita yang mungkin ibadahnya dirasa sudah optimal, mari kita tingkatkan lagi ibadah kita lagi, baik secara kuantitas maupun yang tak kalah penting kualitas ibadah kita, kita niatkan semuanya karena Allah, dengan mengharap ridha-Nya. Dengan demikian Insya Allah kita tidak termasuk hamba-Nya yang merugi karena tidak bisa mengumpulkan pahala yang se-optimal mungkin di bulan tambang pahala ini.

Di akhir ramadhan kita diperintahkan untuk bertafakur, merenungi dan menginstropeksi diri kita. Dengan memperbanyak intensitas kita beri`tikaf dimasjid, karena siapa tahu kita termasuk hamba-Nya yang beruntung mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar itu. Selain itu, dengan  beri`tikaf tersebut kita bisa merenungi tentang kesalahan dan khilaf yang telah kita lakukan, baik dalam berhubungan hablumminalloh maupun hablumminannas. Kita koreksi diri kita bagaimana selama ini kita menghamba dan beribadah kepada Allah. Sholat kita, puasa kita, shodaqoh kita, apakah semuannya itu sudah benar-benar kita persembahkan kepada-Nya? Atau kita hanya ingin memperoleh pujian-pujian orang-orang disekitar kita. Mari kita coba memperbaiki niatan kita dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Selain itu, kita juga tak lupa untuk selalu mengoreksi bagaimana hubungan kita dengan orang-orang disekitar kita. Apalah artinya seorang ahli ibadah namun dalam bermasyarakat selalu bertikai,  bertengkar, dan bermusuhan atau bahkan berani dengan orang tua nya. Maka dari itu perlulah kita jalin ukhuwah diantara sesama manusia dengan baik sesuai yang diteladankan Rosululloh. Khoirunnas an fa`uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang berguna dan bermanfaat terhadap orang lain.

               Di akhir ramadhan, Rasululloh dan sahabatnya menangis sedih karena harus berpisah dengan Ramadhan. Menangis karena tidak ada jaminan bahwa akan bertemu dan membersamai Ramadhan di masa yang akan datang. Memang ironi jika kita korelasikan dengan sikap kebanyakan manusia saat ini, suka cita justru mewarnai dan menghiasi kebanyakan manusia disaat ramadhan akan berakhir. Seakan-akan penjara yang selama 1 bulan ini membatasi mereka untuk menahan nafsu akan segera berakhir. Bahkan lebih parahnya lagi, disaat ramadhan akan berakhir, justru sering kita melihat masjid-masjid kosong, mayoritas manusia disibukkan oleh aktivitas-aktivitas duniawi dalam mempersiapkan menghadapi lebaran. Berbelanja pakaian, perabotan rumah tangga yang terkadang justru mencerminkan tindakan konsumtif. Fenomena yang dekat dengan kita saja, malam hari disaat lantunan ayat-ayat Al-Quran dilantunkan dalam setiap forum tadarus di masjid, banyak yang mungkin diantara kita yang sibuk mempersiapkan perlengkapan dan atribut untuk takbiran keliling. Suara drumband dan musik latihan pawai takbir keliling misalnya justru terkadang menggantikan gema ayat suci Al Qur`an di setiap malam-malam di penghujung akhir ramadhan. Sangat berbeda dengan sikap Rasululloh dan para sahabatnya yang sedih saat akan ditinggalkan oleh bulan penuh berkah ini.

            Maka marilah kita mulai dari pribadi kita sendiri untuk benar-benar memanfaatkan waktu ramadhan yang tersisa ini untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT teriring doa semoga tahun depan kita masih diizinkan Allah untuk menjumpai bulan suci Ramadhan serta tentunya dengan mengoptimalkan kembali ibadah-ibadah kita agar kelak kita tidak menyesal disaat ramadhan telah benar-benar meninggalkan diri kita. Yang terakhir yang tidak kalah pentingnya, mari kita berkomitmen untuk menjaga terus konsistensi ibadah di bulan ramadhan ini pada bulan-bulan setelah ramadhan, karena inilah salah satu indikator keberhasilan dan kesuksesan seseorang di bulan ramadhan. Semangat me-ramadhan-kan bulan setelah ramadhan !!! 
Materi Buletin Rabithah Ramadhan # 3